Secara garis besar, film yang jalan ceritanya ditulis oleh Titien Wattimena ini bercerita tentang seorang perempuan yang sudah terpisah lama dengan putra semata wayangnya. Keduanya tinggal berbeda benua.
Anak tersebut adalah hasil pernikahan yang tidak direstui. Si perempuan itu sendiri dibohongi oleh ibunya yang mengatakan anak yang dilahirkannya meninggal dunia tak setelah dilahirkan.
Oleh ibu kandungnya, bayi dari perempuan tersebut diberikan ke sepasang suami istri yang sudah lama mengidam-idamkan kehadiran anak di rumah tangganya.
Setelah sekian lama berlalu, perempuan yang jadi ibu kandung si anak itu baru mengetahui jika ternyata anak kandungnya itu masih hidup.
Hal itulah yuang kemudian membuatnya punya keinginan besar untuk menemui anaknya.
Di sinilah konflik utama dalam film tersebut terjadi. Pasalnya, si anak menghadapi dilema apakah ikut ibu kandungnya atau orangtua angkat yang sudah membesarkannya.
Baca juga: Bak Bidadari! Ini Dia 5 Pemain Voli Wanita yang Bikin Pria Klepek-klepek, Ada Idola Kamu Nggak?
Di IMDb sendiri, film ini memiliki rating 9,2/10.
Meski berlatar belakang kehidupan keluarga, Lembaga Sensor Film mengkategorikan Air Mata di Ujung Sajadah sebagai film untuk 13 tahun ke atas.