"Berbagai alasan dikemukakan untuk menggusur atau mengangkat seorang pelatih, dari mulai yang wajar, sedikit agak aneh, hingga yang tidak masuk akal. Akan tetapi memang begitulah dinamikanya," tambahnya.
Kebanyakan orang akan langsung beropini seenaknya.
Sebut saja ketika timnas tidak perform, orang akan langsung berpendapat bahwa sistem yang dimiliki PSSI sangat amburadul.
Bagi Bepe, itu tidaklah salah. Namun, opini-opini tersebut alangkah baiknya dikaji ulang dan didiskusikan kembali.
Sebab, faktor gagalnya Timnas tidak melulu tentang iklim kompetisi di Indonesia yang kurang sehat.
Padahal, menurut Bepe, terlalu seringnya Timnas berganti pelatih menjadi salah satu faktor yang perlu diperhatikan.
"Diantara banyak faktor tersebut, ada satu yang sering kali luput dari perhatian kita. Adakah di antara kita yang berpikir bahwa salah satu faktor yang membuat tim nasional Indonesia gagal adalah terlalu seringnya terjadi pergantian pelatih tim nasional?" imbuh Bepe.
Baca juga: [Gabung Bhayangkara FC, Berapa Gaji Radja Nainggolan?]
Kemudian Bepe menyinggung akan kepelatihan Timnas yang berganti hingga 15 kali dalam kurun waktu 15 tahun.
"Hal yang ingin saya sampaikan adalah, tidak ada kah orang di Federasi Sepakbola Indonesia yang berpikir bahwa lama seorang pelatih menangani tim nasional, sangat berpengaruh dengan hasil yang akan diraih oleh tim nasional itu sendiri," kata Bepe.