Dengan tinggal satu balapan tersisa, terpangkasnya poin tersebut mungkin akan sia-sia.
Pasalnya, Martin hanya butuh tambahan 2 poin pada putaran terakhir untuk bisa mengunci gelar juara dunia.
Artinya, Bagnaia bahkan akan menjalani misi yang mustahil tercapai untuk jadi juara dunia.
Kondisi ini yang membuatnya punya perbedaan nasib dengan Agostini, Doohan, Rossi, Stoner dan Marquez.
BACA JUGA: Jumlah Kemenangan & DNF Francesco Bagnaia di MotoGP 2024 Sebelum Putaran Penutup Masih dikutip dari Motorsport, kelima nama pembalap yang berhasil meraup 10 kemenangan dalam semusim sebelumnya adalah pembalap yang pada akhir musim jadi juara dunia.
Tak cuma itu, secara persentase, Bagnaia juga belum mencapai level para pendahulunya.
Bahkan jika mengabaikan
sprint, ada lebih banyak
grand prix per musim sekarang dibandingkan dengan para pembalap tersebut.
Pada 1968, pada kenyataannya, hanya ada 10 balapan dan Agostini memiliki rekor 100 persen.
Jika Bagnaia menang di Barcelona, maka ia akan memenangkan 55 persen dari balapan Minggu tahun ini, masih kalah dari persentase terendah dari 10+ klub.
Hal itu terjadi pada Stoner di 2007 saat ia memenangi 10 dari 18 balapan dengan persentase 55,56 persen.