Pabrikan Tiongkok akan menjual komponen, baterai, teknologi, atau semikonduktor mereka. Saat ini BYD juga sudah memasok chipset dari pabrik semikonduktor mereka ke Fiat dan Toyota di Tiongkok. Jadi, hal serupa besar kemungkinan akan diterapkan ke negara-negara lain termasuk AS.
“Dengan cara ini, margin yang didapat bisa lebih besar. Sebagai contoh, tidak ada produsen yang mendapat uang dari AC rakitan. Pendapatan terbesar ada di produsen kompresor. Sama halnya dengan PC: merakit PC tidak menghasilkan uang lebih banyak dari mereka yang menjual chipset dan perangkat lunak. Jadi, saya kira industri mobil bergerak ke arah yang sama,” paparnya.
Potensi Indonesia
BYD bersama 'teman-teman senegaranya' belakangan gencar melakukan ekspor ke sejumlah pasar di Asia Tenggara termasuk Indonesia. Tujuannya agar dapat menyalurkan kelebihan kapasitas produksi di pasar domestik.
Untuk memperkuat posisi Indonesia sebagai pusat manufaktur kendaraan listrik (EV) Asia Tenggara, Yu menyarankan sejumlah langkah.
- Mengembangkan kebijakan, aturan, dan insentif, untuk mendukung adopsi dan manufaktur EV, seperti pembebasan pajak, subsidi, infrastruktur pengisian daya, dan persyaratan kandungan lokal.
- Fokus pada penyediaan listrik pada angkutan umum (bus, kendaraan roda 2, roda 3) dan armada komersial, sebab lebih hemat biaya tertinggi.
- Menarik investasi asing dan kolaborasi untuk manufaktur kendaraan listrik, produksi baterai, dan pengolahan mineral.