Friday, November 22, 2024

Sebuah kenyataan yang semakin terekspos setelah terjadinya pandemi COVID-19 global.

Olimpiade modern telah menjadi urusan yang sangat mahal.

Masing-masing dari lima kota penyelenggara Olimpiade Musim Panas dan dua Olimpiade Musim Dingin terakhir telah mengeluarkan total biaya minimal $10 miliar.

Khusus Olimpiade Beijing 2008 bahkan menghabiskan biaya mencapai $45 miliar (Rp 685 Triliun) dan Olimpiade Musim Dingin Sochi 2014 mencapai $50 miliar (Rp 762 Triliun).

Ironisnya, besarnya pengeluaran tersebut tak berbanding lurus dengan keuntungan yang didapat.

Misalnya, Olimpiade Musim Panas 2016 di Rio de Janeiro, yang menghabiskan biaya pemerintah dan penyelenggara di Brasil setidaknya hingga $13 miliar (Rp 198 Triliun), hanya menghasilkan pendapatan paling banyak $9 miliar (Rp 137 Triliun). Itupun sebagian besar masuk ke kas IOC dan bukan ke negara penyelenggara.

Kalaupun ada peningkatan wisatawan, itupun hanya terjadi saat acara berlangsung dan tidak terjadi berkesinambungan.

BACA JUGA: 5 Negara Pesaing Indonesia Jadi Tuan Rumah Olimpiade 2036

Menjadi tuan rumah Olimpiade selalu dianggap membawa banyak prestise, bersama dengan janji-janji samar tentang 'warisan olahraga'.

Namun tampaknya hal itu semakin terbukti tidak cukup untuk menarik kota-kota di seluruh dunia untuk tertarik ikut bidding tuan rumah Olimpiade.