Saturday, November 23, 2024

2. Takut citra buruk

Kendati olahraga bermotor sudah jelas mengalir dalam DNA BMW, tidak seperti mesin roda empatnya, yang sebagian besar merupakan sedan sport, sepeda motor jalan raya BMW kurang selaras dengan etos tenaga, pengendalian, dan kesenangan, alih-alih lebih mengutamakan kepraktisan dan daya tahan.

Kekuatan merek BMW yang luar biasa juga perlu dilindungi dan meskipun hanya menjadi MotoGP yang biasa-biasa saja akan menimbulkan pertanyaan dari tingkat dewan hingga tingkat konsumen.

Jika gagal bersiang, maka citra BMW tentunya akan buruk di mata penggemarnya.

BACA JUGA: 1 Kandidat Kuat Pembalap Pengisi Sisa Kursi Kosong di Line up F1 2025

3. Untung rugi

Pembicaraan mengenai kemungkinan masuknya BMW mengikuti keinginan Dorna untuk memiliki enam pabrikan di grid, setelah tiba-tiba kehilangan Suzuki dua tahun lalu meskipun memiliki kontrak jangka panjang dengan pabrikan Jepang tersebut.

Pada 2008, MotoGP juga kehilangan Kawasaki yang sampai kini tak pernah ikut lagi karena merasa keuntungan yang didapat tak berimbang dengan pengeluaran.

Hal inilah yang masih jadi konsen BMW yang tak mau gegabah terburu-buru masuk ke MotoGP.

"BMW M telah menjadi mitra kendaraan MotoGP selama bertahun-tahun. Sebagai bos BMW M, saya telah menghadiri semua balapan, saya mengenal orang-orang yang bertanggung jawab dan kami adalah merek yang hadir di sana."