Mengenal Hipotermia, Kondisi Darurat yang Sering Menimpa Para Pendaki
Beberapa hari lalu beredar kabar mengenai meninggalnya dua pendaki perempuan setelah terkena hipotermia di Cartenz, Puncak Jaya, Papua Tengah.
Gejala Hipotermia
Ada tiga level gejala penderita hipotermia, yakni dari ringan, sedang, hingga berat.
Pada level ringan (suhu 32-35 derajat celcius), gejala hipotermia yang muncul seperti menggigil dan pucat, mati rasa, napas cepat, mengantuk, respon menurun, kulit terasa dingin ketika disentuh.
Kemudian level sedang (suhu 28-32 derajat celcius), gejala yang muncul seperti kesadaran menurun, napas lambat, penurunan tekanan darah, denyut nadi melambat, berhenti menggigil.
Terakhir level berat (suhu di bawah 28 derajat celcius) gejala yang muncul seperti tidak memberi respon ketika diberi rangsangan, kaku otot, denyut nadi melambat, pernapasan melemah, hilang kesadaran, hingga henti jantung.
Cara Penanganan Hipotermia
Penanganan hipotermia bergantung pada tingkat keparahan kondisi penderita. Namun, ada beberapa langkah pertolongan pertama untuk penderita hipotermia, yakni:
Batasi pergerakan serta jangan melakukan pijatan yang berlebihan karena dapat menyebabkan henti jantung.
Pastikan kondisi kering, apabila pakaiannya basah, segera melepasnya dan menggantinya dengan pakaian kering.
Pindah ke tempat lebih hangat, tapi jika sulit berpindah maka perlu melindungi dari udara dingin dengan posisi tetap terlentang.
Berikan bantuan untuk menghangatkan tubuh dengan menggunakan selimut, botol berisi air hangat yang ditempatkan di leher, ketiak, dada, atau pangkal paha.
Berikan minuman hangat jika dalam kondisi sadar. Hal ini dapat membantu mengembalikan panas tubuh yang hilang.
Memberikan CPR atau resusitasi jantung paru apabila mengalami henti jantung atau henti napas.